CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 08 Juli 2013

Menjelang Ramadhan di Perantauan



                Tidak tahu apa yang akan saya bagikan di tulisanku kali ini, tapi yang jelas saat ini saya sangat bahagia. Bulan penuh hikmah yang sangat saya nanti-nantikan akhirnya telah tiba. Bulan penuh perjuangan, penuh pahala, penuh berkah. Sangat terasa nikmatnya setelah lamanya penantian walaupun puasa masih besok hari, tapi nanti malam nikmatnya sudah bisa kami rasakan, nikmatnya sholat tarawih dan taddarus bersama.
                Namun sayang, posisiku saat ini masih di perantauan, kota Surabaya, tepatnya di kecamatan Sukolilo, di suatu kampus yang masih tergolong baik untuk standard kampus Indonesia. Ya, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Fisika. Lebih tepatnya posisi saya saat ini, 8 Juli 2013 pukul 15:23 WIB berada di jurusan Fisika ITS, lantai 2, Plasa Fisika. Di samping kiri saya ada pepohonan yang cukup rindang, di sebelah kanan ada kolam fisika.  Anginnya berhembus tenang, langitnya biru cerah dan ada sedikit awan. Tentunya saya tidak sendirian, di depan saya sekitar 5 meter ada teman-teman saya. Mereka sepertinya sedang online Facebook. Saya memojok sendiri iseng-iseng untuk membuat tulisan ini.
                Dalam menyambut bulan suci Ramadhan kali ini, saya tidak menyambutnya dengan keluarga di rumah. Biasanya kalau di desa saya, pada hari pertama Ramadhan diadakan tasyakuran. Ya, saya sangat merindukan masa-masa itu, ketika saya masih kecil saya sangat beesamangat untuk mengikuti kegiatan masjid. Maklum sejak umur 3 tahun, ibu saya telah mengajari saya untuk mengaji. Jadi saya bisa baca tulis Al-Quran karena diajari oleh ibu saya sendiri. Ibu saya bukanlah ustadzah atau penceramah. Ibu saya hanya orang biasa, tapi saya bangga bisa baca tulis Al-Quran karena diajari ibu sendiri.
                Saya masih ingat dulu masih kelas 3 SD, setelah habis shalat Tarawih saya main kejar-kejaran dengan teman-teman se-desa. Kami masuk ke lapangan voli, pekarangan orang, sawah-sawah, sungai, dsb. Kami sering dimaki-maki orang desa karena menginjak-injak tanaman-tanaman mereka walaupun tanpa sengaja. Saat tiba waktu sahur kami berkeliling desa sambil membunyikan kentongan untuk membangunkan warga desa. Sebenarnya tujuan kami baik, tapi tetap saja warga desa memaki-maki kami karena kami keliling pada pukul 01.00 dini hari. Ya maklumlah kalau mereka marah soalnya masih lelap tidur dan belum saatnya sahur pada jam segitu. Kalau pagi hari setelah sholat subuh dan taddarus, kami jalan-jalan ke kemantren. Kemantren adalah tempat budidaya tanaman misalnya pohon damaran. Kami jalan-jalan pagi sambil membawa petasan. Dan seperti biasa, banyak orang yang memaki-maki kami karena suka mengagetkan orang. Jalan-jalan ke kemantren memang menjadi tradisi bagi anak-anak di desa kami selama bulan Ramadhan. Di siang hari sekitar jam 13.00 kami taddarus, dan setelah taddarus kami juga jalan-jalan atau istilahnya ‘Nggolek Sore’.  Nah pada waktu jalan-jalan di sore hari inilah kami bisa berjalan dengan tertib, tanpa petasan dan tanpa gangguan bagaikan jalan tol :D . Kami biasanya juga mencari buah-buahan sambil jalan-jalan sore. Itu dulu, kami menyebutnya “ mencari”, tapi kalau sekarang bisa disebut “mencuri” karena kami asal petik saja jika ada tumbuhan berbuah masak.
 Saat ini jika ingat masa-masa itu saya tersenyum sendiri “Betapa Nakalnya Saya Waktu Kecil”. Saya sangat merindukan Ramadhan bersama teman-teman desa. Saya ingin sekali menyapa teman-teman saya yang saat ini juga masih ada di perantauan, “Teman-teman, apakah kalian juga merindukan masa-masa itu?”.
MARHABAN YAA RAMADHAN 

0 komentar:

Posting Komentar